Danau Bratan dan Pura terapung Ulundanu, Bedugul-Bali
Danau Bratan, Bedugul – Cuaca mendung dan hujan yang menyapu Bali utara siang itu membawa hawa dingin sejuk di dataran tinggi Bedugul, pinggir danau Bratan. Bersama adik bungsu saya, kami bergegas menyewa sebuah payung lebar warna-warni di pintu gerbang masuk Pura Ulundanu. Tempat wisata ini selalu terlihat ramai walaupun hujan skala sedang mengguyur tempat ini.
Saya sudah beberapa kali melewati pura Ulundanu ini setiap kali travel dari Denpasar ke Singaraja, Sebelah utara Pulau Bali. Danau ini terletak tepat di pinggir jalan lintas sehingga kelihatan saat menyusuri jalan. Akhirnya penasaran juga tanpa terencana sebelumnya, kami mampir di Danau yang pernah nampang di lembar limapuluh ribuan itu.

Danau Bratan dan Pura Ulundanu yang terapung di atas air, www.elfaviona.com
Pegunungan yang mengitari danau ini berselimut kabut putih yang berarak seiring angin. Keberadaan awan putih ini karena tekanan yang begitu rendahnya dalam cuaca dingin pada ketinggian 1200 m dpl, menambah keelokan paras danau ini dari kejauhan. Sebenarnya pengen juga dingin-dingin begini ngopi di pinggir danau sambil mengudap gorengan. Tapi karena tidak terencana, kami dengan quick mode berkeliling cuman sebentar untuk melihat-lihat sambil keep shooting. Yaaah, layak disyukuri juga, anggap aja bonus perjalanan bisa mampir sekitar satu jam disini.

Perahu tradisional Danau Bratan www.elfaviona.com
View berkabut ini juga memberikan pantulan keperakan di gelombang air danau. Tone yang begitu selaras dengan kabut putih, membuat danau yang semula hijau kebiruan menjadi kilauan silver dalam gelombang yang tenang. Pokoknya terlihat banget serenity nya, cocok buat meditasi nih mengusir galau hati.

Danau Bratan dengan airnya yang keperakan, www.elfaviona.com

Longexposure shot di danau Bratan, www.elfaviona.com
Kecantikan lain dari danau ini, yaitu taman-tamannya yang luas. Banyak tanaman hijau berbunga menghiasi panorama danau ini. Tananaman disini tertata apik, subur dan terpelihara dengan baik. Pohon-pohon cemara menjulang diantara bentang rerumputan yang luas. Beberapa pohon-pohon purbakala yang rimbun menaungi pejalan kaki sehingga berasa adem di kala cuaca panas terlindungi dari terik matahari. Favorit saya adalah tanaman bambu di dekat pura, yang gemerisik rimbunnya ditiup angin, tampak cantik dan menimbulkan efek menenangkan.
Berjalan dari pintu gerbang menuju danau, kita sudah disambut dengan hamparan taman yang asri. Lebih ke dalam lagi, semarak bunga-bunga pegunungan menghiasi sisi-sisi walking path yang terbuat dari batu alam. Menyusuri tapak-tapak walking path ini membuat betah acara berjalan-jalan kaki menghirup oksigen yang bersih dari pegunungan disekitarnya.

Walking path di taman danau Bratan, www.elfaviona.com
Ciri khas danau ini terdapat pura Ulundanu berbentuk pagoda yang terlihat terapung menjulang diantara air danau. Jika air danau sedang pasang naik, maka yang terlihat bahkan taman bunga disekelilingnya terendam air, yang terlihat hanya tower pura nya saja.
Dari teman-teman fotografer di Bali, mereka sharing, katanya kalau hunting ke tempat ini sebaiknya diwaktu pagi hari. Katanya ada pesona tersendiri dimana best timing ini saat menjelang matahari terbit, karena permukaan danaunya tenang, tidak banyak angin sehingga refleksi pura dipermukaan air danau terlihat jelas.
Sambil berjalan menyandang tripod dan kamera, saya tetap awas dengan spot-spot landscape yang menarik. Walaupun hujan sudah reda, sesekali masih ada percikan yang membasahi lensa saya. Hm, pecinta landscape memang mesti sabar dengan hal tak terduga yang biasa terjadi di outdoor. Berulangkali saya mengelap drip-drop yang mem-blur kan hasil capture saya. Jadi tipsnya selalu sediakan lap khusus lensa yang mudah menyerap beserta semprotan pembersih dan usahakan juga jika tripod dan kamera sudah terpasang, tetap lindungi dengan payung sebelum terjadi hujan tiba-tiba.

A tree grew on jetty, www.elfaviona.com
Kewaspadaan lain saat on the spot adalah siaga terhadap angin. Tripod yang lebih kecil biasanya tidak kuat menahan guncangan oleh angin. Selain beresiko kamera jatuh terhempas, bisa juga tercemplung ke air danau. Saya punya dua tripod yang ukurannya jauh berbeda. Yang besar ukurannya terlalu kekar sehingga untuk ukuran lady seperti saya bisa kelelahan memanggulnya sambil mendaki gunung lewati lembah. Kecuali ke tempat-tempat yang tidak terlalu jauh spotnya dari parkir mobil. Makanya saya biasa bawa yang ukuran kecil. Selain ringan disandang, ramping, dan pas disimpan di tas tidak makan tempat. Masih ada space bisa nyimpan cemilan di kantongnya.
Kalau travelling dengan adik atau kakak saya, kudu siap-siap ekstra stamina. Hunting tanpa mereka saja sudah begitu melelahkan. Saya dikasih ekstra job oleh mereka untuk fotoin mereka dimanapun spot yang menurut mereka bagus. Entahlah gejala apa ya, kok bukannya nikmatin pandangan mata malah take photo sebanyak-banyaknya hanya sekedar share activity di socmed. Terus, berlanjut mijit-mijit hape memposting “here I am”. Jadi dimana letak refreshingnya ya? Banyak orang yang gak bisa nahan nafsu narsisme nya kalau di alam bebas. Apalagi di jamannya belum ada tongsis. Walhasil, setelah puas difotoin, giliran saya session landscape shot, tau-tau hujan byurrr. waduuuuh…
Bermain mengitari taman yang luas saja sudah terasa menyenangkan, apalagi jika ditambah dengan permainan-permainan air yang tersedia sebagai fasilitas di danau ini. Perahu perahu dayung tradisional banyak tersedia disini untuk disewakan. Selain itu ada juga sepeda air bebek-bebekan. Kelihatannya tidak ada banana boat disekitar sini. Ada juga perahu motor yang tersandar di jetty sederhana yang mungil.
Jasa perahu motor ini bisa mengantarkan kita ketengah-tengah danau, berhenti untuk menikmati scenery danau dengan latar belakang taman dan pura. Bahkan kita juga bisa diantar ke seberang danau, turun dari perahu ke sisi danau yang dekat dengan hutan yang terlihat masih perawan. Keheningannya terasa karena jauh dari kebisingan, tepat di kaki bukit yang menjulang.

Danau Bratan dalam foto long exposure, www.elfaviona.com
Di danau ini terlihat juga tempat tempat jaring terapung yang katanya berisi ikan Nila. Biasanya dimana ada tambak ikan air tawarnya, disitu ada penjual ikan bakar yang segar fresh from the water. Tapi saya tidak ada waktu lagi untuk berkeliling melihat tempat ikan bakar tradisional Bali disekitar tempat ini. Next time maybe, karena saya kesini khusus buat hunting foto aja. Ini pun bahkan rasanya masih kurang karena prioritas saya tadinya danau tamblingan, yang juga terdapat beberapa pura di dalam danaunya. Tapi karena saya masih belum kenal betul jalan menuju kesana, track nya rumit, harus ada orang lokal yang bisa meng-guide kesana. Sebab, danau tamblingan tidak terbuka sebagai tempat wisata umum.
Istirahat setelah hunting, terlihat masjid dengan menara yang tinggi diatas bukit dekat taman seberang jalan. Senangnya, ada tempat yang pas untuk menunaikan sholat disini. Letak masjidnya yang di ketinggian, memberikan view yang sungguh elok kearah danau. Namanya masjid Al Hidayah. Aaaah.. Barulah ketenangan bathin sempurna terasa.
Dari namanya saja, sudah pas sekali dengan tujuan berwisata di tempat ini. Danau Bratan, bratan berasal dari tapa brata, yang artinya adalah “bermeditasi dan mengendalikan diri dengan menutup sembilan lubang anggota tubuh untuk mencapai ketenangan tingkat tinggi”.
Memang, terasa sekali efek terapi dari refreshing di Bedugul ini. Kapan kapan kalau saya kesini lagi pinginnya lebih lama duduk bengong-bengong menikmati ketenangan disini. Tapi by the way gak perlu sampai nutup sembilan lubang loh.
tidak ada habisnya ya maak kalau membicarakan pesona alam indah di bali, luar biasa